cover
Contact Name
Angga Kautsar
Contact Email
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Editorial Address
Gedung Laboratorium I Fakultas Farmasi, UNPAD Jl. Raya Jatinangor KM 21, Bandung-Sumedang, Indonesia 45363
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Farmaka
ISSN : 16931424     EISSN : 27163075     DOI : https://doi.org/10.24198/
Core Subject : Health, Science,
Farmaka is replacement for Pharmaceutical Bulletin, published since 1991, with a frequency of four times a year. Editors accept scholarly works of research results and literature review which was closely related to the science, pharmaceutical technology and practice.
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)" : 15 Documents clear
IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI ANTAR OBAT PADA RESEP SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI SALAH SATU APOTEK DI KOTA BANDUNG FATHYA ULFA; Eky Septian Pradana; Keri Lestari
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.32314

Abstract

Permasalahan terkait pengobatan merupakan suatu kondisi dalam penatalaksanaan terapi pasien yang dapat menyebabkan, atau memiliki potensi yang menyebabkan tidak tercapainya hasil terapi yang optimal.Salah satu permsalahanterkait obat yaitu interaksi obat.Adanya interaksi obat dengan obat lainnya dapat menyebabkan tidak tercapainya efek terapi atau dapat menimbulkan efek samping. Walaupun efek samping dapat terjadi karena faktor individu, penyakit, atau obat. Oleh karena itu dilakukan identifikasi untuk melihat gambaran potensi interaksi obat pada resep spesialis penyakit dalam di salah satu apotek di Kota Bandung. Resep dari dokter spesialis penyakit dalam diambil dari salah satu apotek di kota Bandung pada bulan Mei-Agustus 2020. Setiap resep dilakukan analisis terkait interaksi obat dengan menggunakan software Interactions Checker pada drugs.com yang dapat diakses secara online yang kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu major, moderate, dan minor. Hasil yang didapatkan yaitu dari 974 resep terdapat 31,83 % potensi interaksi dengan 123 interaksi major, 168 interaksi moderate dan 19 interaksi minor.Obat yang paling banyak ditemukan memiliki interaksi yaitu rifampisin dan pirazinamid. Kombinasi tersebut dapat meningkatkan risiko hepatotoksik sehingga penggunaannya perlu dilakukan pemantauan terhadap fungsi hati.
REVIEW ARTIKEL: TANAMAN DENGAN AKTIVITAS ANTITUKAK MANUELA GLENATALIE PAKPAHAN; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27920

Abstract

ABSTRAKTukak peptik merupakan salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami oleh manusia. Tukak peptik dapat terjadi pada mukosa esofagus, lambung maupun usus halus. Saat ini, terdapat berbagai obat sintetik yang digunakan sebagai terapi tukak peptik. Namun, obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang cukup berat. Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman dapat berpotensi sebagai antitukak yang diinduksi oleh berbagai model. Berdasarkan aktivitas yang dimiliki, tanaman yang memiliki kandungan kimia alkaloid, terpen, terpenoid, flavonoid, saponin, asam fenolik dan tanin terbukti memiliki efek sebagai antitukak.Kata kunci: tukak peptik, herbal medisinal, fitokimiaABSTRACTPeptic ulcer is one of the most common digestive disorders in clinical practice. Peptic ulcers can occur in the esophageal mucosa, stomach and small intestine. There are various synthetic drugs that have been used as peptic ulcer therapy nowadays. However, these drugs have quite severe side effects. There are various studies that show that plants can be potential as anti-ulcers induced by various models. Plants that have phytochemical contents of alkaloids, terpenes and terpenoids, flavonoids, saponins, phenolic acids and tannins have been proven to have an anti-ulcers effect.Keywords: peptic ulcer, herbal medicines, phytochemicals
ANALISIS POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP SPESIALIS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN DI SALAH SATU KLINIK DI KOTA BANDUNG Izzatul Khoirunnisa; Eky Septian Pradana; Keri Lestari
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.30498

Abstract

ABSTRAKInteraksi obat dengan obat merupakan proses di mana obat berinteraksi dengan obat lain dan memengaruhi aktivitasnya dengan meningkatkan atau menurunkan efeknya. Interaksi antar obat dapat menyebabkan efek samping atau menghasilkan efek baru yang tidak terkait dengan efek keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan mekanisme interaksi obat pada resep spesialis penyakit kulit dan kelamin dan  mengidentifikasi obat yang sering berinteraksi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi retrospektif dengan menggunakan data resep yang tersimpan secara elektronik pada bulan Mei, Juni dan Juli Tahun 2020 dengan metode observasional cross-sectional. Analisis interaksi antar obat dilakukan menggunakan aplikasi Interactions Checker pada drugs.com dan diperoleh bahwa 3 resep memiliki potensi DDI (Drug-Drug Interaction) atau sekitar 0,2% potensi DDI. Klasifikasi interaksi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu terdapat 1 resep yang memiliki potensi DDI kategori minor (0,06%), 2 resep yang memiliki potensi DDI kategori moderate (0,13%) dan tidak ada resep dengan potensi DDI kategori mayor.Kata Kunci: Interaksi Obat, Spesialis Kulit dan Kelamin.
FAKTOR RISIKO PASIEN TERINFEKSI COVID-19 DAN METODE PENCEGAHANNYA Nadya Nur Puspa Permatasari; Mufidah Mawaddah; Zakiatun Azma Amani
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27203

Abstract

SARS-CoV-2 merupakan virus penyebab COVID-19. Virus ini ditemukan pertama kali di Kota Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China pada Desember 2019. WHO telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemik setelah virus tersebut menyebar ke berbagai negara. Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai penelitian, didapatkan bahwa pasien yang lebih tinggi berisiko terpapar COVID-19 yaitu orang dewasa berusia lanjut dan pasien yang mempunyai kondisi medis serius atau multimorbiditas. Selain itu, tenaga medis merupakan salah satu kelompok populasi yang juga mempunyai risiko terinfeksi karena frekuensi kontak dengan pasien COVID-19. Berdasarkan data kelompok usia, yang paling rentan untuk terinfeksi COVID-19 adalah pasien geriatrik dengan rata-rata kasus sebesar 59,5% sedangkan pasien pediatrik mempunyai jumlah kasus yang paling sedikit dengan rata-rata persentase 3% dari total kasus yang terjadi. Selain itu, pasien dewasa dengan komplikasi penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus dan Penyakit Jantung Koroner berisiko secara signifikan. Tenaga kesehatan yang berada di departemen respiratory, infeksi, ICU, dan bedah memiliki risiko 2.3 kali lebih tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan yaitu penerapan pola hidup bersih dan sehat dengan memperhatikan hand hygiene, memakai alat pelindung diri untuk tenaga medis yang kontak dengan pasien COVID-19, memakai masker saat berada di tempat umum, serta melakukan social distancing.Kata Kunci: COVID-19, SARS-CoV-2, faktor risiko, pencegahan
REVIEW ARTIKEL: PENGEMBANGAN VAKSIN Human Immunodeficiency Virus (HIV) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF TERHADAP Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Adila Srebreneca; Tiana Milanda
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27874

Abstract

Human immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Pada tahun 2018, WHO melaporkan sekitar 37,9 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV, dengan 1,7 juta kasus infeksi baru dan kematian sebanyak 770.000 orang. Saat ini, obat antiretroviral (ART) masih direkomendasikan bagi Orang Dengan AIDS (ODHA), walaupun tidak mampu meningkatkan harapan hidup penderita. Vaksinasi HIV merupakan upaya preventif yang paling efektif untuk mencegah penularan HIV. Artikel ini merupakan review dari studi literatur 15 artikel terkait pengembangan kandidat vaksin HIV hingga saat ini. Hasil review menunjukkan bahwa RV144 merupakan satu-satunya kandidat yang memiliki potensi  untuk dikembangkan menjadi vaksin HIV, karena memiliki nilai efikasi sebesar 31,2%. Hasil lain dari uji coba RV144 adalah diidentifikasinya antibodi monoklonal (VRC01), yang memiliki kemampuan untuk menetralisir HIV-1 secara luas.
EFEKTIVITAS APLIKASI UNTUK GANGGUAN KESEHATAN MENTAL RIKA RAHMI KAMILAH
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27954

Abstract

Pelayanan untuk gangguan kesehatan mental pada Negara yang berpenghasilan rendah memiliki berbagai jenis hambatan seperti kurangnya sumber daya medis, kurangnya penyedia layanan kesehatan terkait dengan gangguan mental, minimnya biaya untuk berkonsultasi, dan jarak yang jauh. Perkembangan teknologi pada akhir tahun ini muncul banyak aplikasi kesehatan mental, dapat digunakan dengan telepon, tablet, dan lainnya yang berbasis pada jaringan seluler. Berbagai fungsional yang dipaparkan pada aplikasi ini menarik banyak minat untuk menggunakan aplikasi tersebut, sehingga perlu adanya bukti seperti uji klinis untuk membuktikan apakah aplikasi kesehatan mental efektif atau tidak untuk digunakan. Aplikasi kesehatan mental menargetkan untuk berbagai gangguan psikologis, yang berfungsi untuk meningkatkan kognisi, pelatihan keterampilan, dukungan sosial, mengetahui gejala, dan pengumpulan data pasif dari pasien.Kata kunci : Aplikasi kesehatan mental, gangguan kesehatan mental, dan uji efektivitas.
REVIEW ARTIKEL: MANAJEMEN RISIKO MUTU, METODE SERTA PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI FARMASI Bunga Dacilia Harsanti; Anis Yohana Chaerunisaa
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.30720

Abstract

Manajemen Risiko Mutu (QRM) merupakan salah satu aspek penting dalam industri farmasi. Hal ini karena QRM dapat menilai, mengontrol, mengkomunikasikan dan mengkaji risiko sepanjang siklus hidup produk sehingga kualitas obat dapat terjaga. Risiko adalah ketidakpastian yang mungkin terjadi. Risiko juga secara umum didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya bahaya dan tingkat keparahannya. Pedoman ICH Q9 membantu industri farmasi untuk mengelola risiko yang mungkin terjadi dalam siklus hidup produk. Berdasarkan pedoman tersebut, proses manajemen risiko terdiri dari penilaian risiko, pengendalian risiko, komunikasi risiko dan tinjauan risiko. Melalui proses ini, industri farmasi dapat mengurangi kemungkinan risiko dan menjaga kualitas obat. Artikel ini akan membahas proses manajemen risiko dalam industri farmasi dan alat apa saja yang dapat digunakan untuk menilai risiko sehingga industri farmasi dapat meluncurkan produk yang lebih aman ke pasar yang pada akhirnya menguntungkan industri dan pasien.
REVIEW ARTIKEL: TREN DAN KEMAJUAN TERBARU TEKNOLOGI KEMASAN SEDIAAN FARMASI (TREND AND RECENT ADVANCE OF PHARMACEUTICAL PACKAGING) SITI UTAMI RAHMAYANTI
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27313

Abstract

Kemasan sediaan farmasi dirancang agar dapat memberikan perlindungan terhadap kualitas produk dan keamanan untuk pasien. Seiring dengan kemajuan teknologi dan innovasi dibidang pengemasan sediaan farmasi. Saat ini, kemasan sediaan farmasi tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dari produk namun juga berfungsi unutk meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan kepatuhan penggunaan obat bagi pasien. Review artikel ini bertujuan untuk memaparkan mengenai tren dan kemajuan terbaru dalam pengemasan sediaan farmasi saat ini yang akan berdampak pada sektor pengemasan sediaan di industri farmasi.Industri Farmasi di Indonesia saat ini masih berkembang sehingga masih sedikit industri farmasi yang berinvestasi untuk RnD dibidang pengemasan. Selain itu dengan adanya regulasi baru terkait peningkatan pengawasan peredaran obat yang dikeluarkan oleh BPOM, industri didorong untuk terus berkembang untuk menghasilkan produk yang berkhasiat, bermutu dan aman untuk digunakan masyarakat.   Kata Kunci : Kemasan, Teknologi Pengemasan, Industri Farmasi
PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PADA MASA PANDEMI COVID-19 KIARA PUSPA DHIRGANTARA
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.29787

Abstract

Coronaviruses (CoVs) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan gangguan mulai dari flu ringan hingga penyakit berat lainnya. Beberapa CoV bersifat zoonosis, artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Pada bulan Desember 2019, dunia terjangkit oleh jenis zoonosis baru Coronavirus yang dinamai SARS-CoV-2, yang telah diklasifikasikan sebagai penyakit menular dengan konsekuensi tinggi. Selain itu, komplikasi serius terkait COVID-19 telah dilaporkan pada beberapa pasien, termasuk sindrom gangguan pernapasan akut, gagal ginjal akut, syok septik dan pneumonia. Apoteker, sebagai praktisi kesehatan, memainkan peran penting dalam menghambat penyebaran COVID-19, dan dapat menjadi peserta aktif dalam upaya nasional dan masyarakat untuk memerangi dan mengatasi wabah ini.Kata Kunci : Standar Pelayanan Kefarmasian, Apoteker, Apotek, COVID-19
REVIEW ARTIKEL: PERBANDINGAN USAP NASOFARING DAN USAP OROFARING DALAM MENDETEKSI SARS-CoV-2 DIANE FAUZI; SRI ADI SUMIWI
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.32308

Abstract

Pada 31 Desember 2019, untuk pertama kalinya coronavirus disease 2019 (COVID-19) dilaporkan di Wuhan. Saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus baru dan kematian yang cukup tinggi. Salah satu upaya untuk mengendalikan penyebaran virus ini adalah pendeteksian virus yang akurat dan cepat. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan pedoman yang menyatakan bahwa usap nasofaring dan orofaring adalah spesimen saluran pernapasan atas yang diterima untuk deteksi SARS-CoV-2. Tujuan dari artikel review ini adalah untuk membandingkan hasil pengujian dari dua spesimen yang dianjurkan dalam deteksi SARS-CoV-2, yaitu usap nasofaring dan orofaring.

Page 1 of 2 | Total Record : 15